Anak butuh orangtua atau orangtua butuh anak ?

Pernahkah anda mempertanyakan hal tersebut kepada diri anda sendiri ? Manakah yang lebih tepat “Anak butuh orangtua” atau “Orangtua butuh anak“?

Mengapa pertanyaan seperti itu timbul ? Yah, karena masih sering terdengar orangtua di Indonesia mengungkapkan kalimat sakti tersebut “kamu tuh butuh orangtua tahu!”. Biasanya terlontar dari mulut para orangtua ketika sang anak tidak mematuhi apa yang disarankannya.

Jadi, apa jawaban anda ? Saya sendiri sering iseng bertanya kepada para tetangga dan temna-teman tentang pandangan mereka terhadap pertanyaan sederhana seperti itu. Jawabannya ternyata tidak mengejutkan.

Ya, betul. Mayoritas dari orang yang pernah diberikan pertanyaan itu adalah “Anak dong yang butuh orangtua”. Bahkan kadang ada yang ditambahi dengan “Tidak mungkinlah kita yang membutuhkan anak”.

Kalau jawaban anda sama, jangan khawatir berarti anda memang tidak sendiri. Banyak sekali orang yang berpikiran sama.

———

Saya hanya ingin mengajukan sebuah pertanyaan lanjutan. Pertanyaan yang sama sederhananya.

Setelah anda menikah, lalu apa yang anda harapkan pertama kali bagi anda dan pasangan ? Bagaimana dengan anda?

Mayoritas orang Indonesia akan memberikan anggukan bila disebutkan “anak” sebagai apa yang ingin dimilikinya.

Nah, anda sudah tahu maksud dan arahnya kan. Sejak awal sepasang manusia yang sudah menikah atau hidup bersama membutuhkan “anggota tambahan”. Anggota yang akan membuat arti kata “keluarga” menjadi lengkap. Anggota tersebut berupa seorang “anak”.

Tanpa kehadiran mereka, seperti anak sebuah “ruang kosong” di dalam rumah.

Bila dilihat dari kacamata ini, sejak awal kenyataan yang ada berbeda dengan pendapat “anak butuh orangtua“. Pada awalnya “orangtua butuh anak“.

O ya, tentu saja. Untuk menyandang status sebagai “orangtua” seseorang atau sepasang manusia butuh anak. Tanpa keberadaan anak tidak akan ada label orangtua disematkan.

——-

Lalu bagi yang menjawab “anak butuh orangtua”, apakah berarti salah. Sama sekali tidak.

Apa yang disebutkan di atas tadi merupakan sisi lain. Tidak berarti bahwa anak tidak butuh orangtua.

Seorang anak akan tetap memerlukan sosok manusia dewasa yang bisa memberikan arahan berdasarkan pengalaman, pengetahuan untuknya survive. Tanpa itu seorang anak akan menghadapi bahaya yang besar dan sulit bertahan hidup, terutama di usia-usia awal.

Anak tetap membutuhkan orangtua.

——-

Jawabannya ternyata sederhana sekali. Apalagi kalau mengingat sebuah kalimat ketika di sekolah dasar dulu, masyarakat terkecil adalah “keluarga”.

Dalam sebuah masyarakat tentu akan ada sebuah sistem timbal balik yang tidak terlihat. Masing-masing anggota akan melakukan perannya. Begitu juga dalam hal hubungan antar orangtua dan anak dalam keluarga.

Orangtua memerlukan anak untuk menjalankan perannya. Begitu pula dengan seorang anak, membutuhkan keberadaan orangtua untuk menyempurnakan lakonnya.

Keduanya saling membutuhkan. Jawaban yang tepat, adalah bahwa anak butuh orangtua tetapi orangtua juga butuh anak.

Hanya ego seorang manusialah yang membuat kita sering merasa diri kita lebih penting dari manusia lainnya. Jangan lupa, bahwa anak seberapa kecilnya pun ia, tetaplah seorang manusia. Jadi kita tidak lebih penting dibandingkan anak kita.

 

Bogor, 2 Juni 2015