Blog Sebagai Sumber Informasi

Rasanya sulit diterima oleh akal kalau ada yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia di masa kini sudah memandang blog sebagai sumber informasi. Pasti akan banyak yang membantah hal tersebut, apalagi masyarakat Indonesia.

Sejak Johann Carolus menerbitkan Relation aller Fürnemmen und gedenckwürdigen Historien tahun 1806, masyarakat terpola untuk menganggap bahwa informasi atau berita hanyalah tulisan yang disampaikan oleh sebuah instritusi. Berita atau informasi yang keluar bukan dari hasil karya orang-orang yang berada di balik penerbitan surat kabar cenderung dianggap tidak kredibel dan bukanlah informasi terpercaya.

Bahkan ketika internet mulai mewabah, sikap dan pola pikir seperti itu masih sangat membekas dalam diri banyak orang Indonesia. Informasi yang keluar bukan dari proses produksi “jurnalistik” ala penerbitan dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyediakan informasi yang sahih,

Apalagi artikel-artikel yang dikeluarkan oleh seorang blogger. Seringkali tulisan-tulisan karya para “penulis lepas” dan “mandiri” ini dianggap tidak memiliki kredibilitas untuk dipakai. Nilainya dipandang sebagai sesuatu yang lebih rendah dibandingkan dengan tulisan seorang wartawan.

Mungkin hal ini terkait dengan kehidupan awal blog itu sendiri. Pada awalnya blog lebih sering dipergunakan sebagai ajang penulisan “curahan hati” sang penulis. Keluh kesahnya memberikan kesan bahwa blog hanyalah hasil pekerjaan orang-orang iseng dan tidak punya pekerjaan saja.

Padahal pada kenyataannya, pada masa sekarang ini secara tidak sadar masyarakat sudah “menganggap” blog sebagai sebuah sumber informasi terpercaya. Sebuah hal yang tentu saja kemungkinan besar akan dibantah oleh banyak pihak, termasuk si pembaca.

Meskipun demikian pemakaian blog sebagai sumber informasi sudah tercermin dari apa yang anggota masyarakat lakukan setiap harinya.

Perhatikan beberapa tindakan yang anggota masyarakat lakukan setiap harinya yang menunjukkan blog sebagai sumber informasi masyarakat

1. Mencari informasi tentang cara membuat sebuah masakan

Kalau dulu, untuk mencari informasi tentang resep masakan, banyak ibu-ibu atau kaum wanita yang berlangganan tabloid khusus wanita seperti NOVA, Majalah Kartini dan lain sebagainya.

Sekarang, mereka hanya cukup memasukan resep yang mereka inginkan dan kemudian memilih yang website manapun yang memberikan informasi tersebut. Kebanyakan tidak lagi mempedulikan apakah website tersebut dikelola oleh institusi atau tidak. Sepanjang informasi yang dibutuhkan mereka dapatkan, maka hal tersebut sudah cukup.

Bisa Anda bayangkan bahwa sebuah blog yang ditulis seorang ibu rumah tangga dianggap sama kredibelnya dengan Tabloid Nova. Pasti tidak akan pernah Anda temukan hal seperti itu 10-20 tahun yang lalu.

2. Sharing link dari sebuah blog ke berbagai media sosial

Contoh riil dan nyata terjadi di tahun 2014 lalu. Pada waktu itu di Indonesia sedang panas-panasnya pertarungan antar kandidat calon Presiden RI 2014-2019.

Ratusan link dari sebuah blog bernama PKS Piyungan disebarkan dan dijadikan sebagai referensi bagi bahan perdebatan di media sosial Indonesia. Bahkan, ketika website ini menyebarkan hasil perhitungan Pemilu Presiden sementara, ratusan ribu orang percaya dan menggunakannya sebagai bahan argumentasi mereka tentang kemenangan salah satu pihak.

Padahal, POKS Piyungan bukanlah sebuah website yang dikelola oleh institusi penerbitan resmi. Website ini dikelola oleh banyak kader PKS (Partai Keadilan Sosial) dan bisa dikata hanya merupakan sebuah blog dari organisasi.

3. Blog Wisata

Kalau Anda ingin berwisata dan ingin mendapatkan informasi tentang tempat yang akan menjadi tujuan Anda, kemana Anda harus mencari?

Travel Detik atau Travel blog adalah tempat yang biasa dituju oleh para traveller. Bukan ke website biro atau agen pariwisata. Banyak yang menganggap bahwa agen wisata kadang tidak memberikan gambaran sesungguhnya tentang sebuah tempat karena dipengaruhi oleh keinginan melakukan penjualan.

Oleh karena itu para travel blogger adalah andalan banyak orang untuk mencari informasi yang lebih jujur tentang sebuah lokasi wisata.

Ketiga hal tersebut di atas hanyalah sebagian kecil dari belasan bukti lainnya bahwa masyarakat sudah menganggap serius blog sebagai sumber informasi. Tindakan yang dilakukan mereka membuktikan hal tersebut.

Meskipun demikian, bila mereka ditanya sumber informasi mereka, kemungkinan besar nama blog darimana mereka menggali informasi tidak akan disebutkan. Biasanya, nama yang berasal dari sebuah penerbitan terkenal akan dijadikan sebagai sumbernya.

Hal ini berkaitan dengan masih enggannya mereka menerima kenyataan bahwa mereka sudah menerima blog sebagai sumber informasi yang mereka percaya.

Kenyataan ini tidak seharusnya menjadikan para blogger Indonesia putus asa atau sebal. Masyarakat blogger di negara-negara maju juga mengalami hal yang sama sebelum pengakuan diterima dari masyarakat. Nama-nama Mashable, the Huffington Post bisa menjadi inspirasi bahwa suatu waktu masyarakat Indonesia akan mengakui blog sebagai sumber informasi terpercaya mereka.

Hanya tinggal menunggu waktu saja.