Fakultas Sastra Bukan Kursus Bahasa

Fakultas Sastra bukan kursus bahasa

Ada kesalahpahaman dalam masyarakat Indonesia tentang apa yang namanya fakultas sastra.

Kesalahpahaman itu tercermin dalam berbagai ungkapan kalau mendengar seseorang kuliah di fakultas sastra, seperti :

  • “Mau jadi sastrawan ya?”
  • “Ngapain kuliah di sastra, kan bisa kursus saja”
  • “Kuliah di sastra? Jago buat puisi dong?”

Paling tidak itu celetukan-celetukan yang dulu saya terima ketika saya memutuskan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia Program Studi Sastra Asia Timur, Jepang.

Kenyataannya berbeda sekali.

Semua mahasiswa fakultas sastra di universitas manapun bukan hanya diberikan pelajaran tentang sebuah bahasa layaknya yang didapat dari kursus bahasa.

Banyak sekali hal lain yang dipelajari disana, mulai dari sejarah, budaya, seni, dan cara hidup para pengguna bahasa yang dipelajari. Sebagai contoh, saya juga mempelajari bagaimana orang Jepang hidup di negaranya, kebiasaan-kebiasaan mereka, tradisi-tradisi yang ada, sejarah perjalanan mereka sebagai sebuah bangsa dan negara, dan bahkan perpolitikan disana.

Tentu saja, pelajaran bahasa diberikan dan mendapatkan porsi besar waktu pengajaran, tetapi tidak seluruhnya.

Bisa dikata, para mahasiswa sastra belajar tentang kebudayaan sebuah bangsa dan bukan sekedar bagaimana menulis, bercakap-cakap layaknya dalam kursus bahasa.

Fakultas Sastra memiliki banyak jurusan

Selain itu, fakultas sastra bukan hanya memiliki berbagai jurusan atau program studi bahasa, tetapi juga beberapa jurusan lain yang bahkan sama sekali tidak mempelajari sebuah bahasa.

Di Universitas Indonesia sendiri pada saat saya kuliah disana memiliki jurusan Perpustakaan, Filsafat, Arkeologi, dan lain sebagainya.

Jurusan Perpustakaan akan mengajarkan berbagai hal tentang bagaimana mengelola pengarsipan dokumen, buku, dan berbagai literatur. Arkeologi mendidik para arkeolog untuk menemukan, mencari dan mengawetkan berbagai artefak bersejarah

Intinya tetap sama dan berhubungan dengan budaya.

Itulah mengapa sudah cukup lama nama Fakultas Sastra Universitas Indonesia berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Hal ini lebih cocok untuk mewakili apa yang akan dipelajari seseorang saat kuliah disana.

Meskipun demikian, masih ada universitas-universitas lain yang tetap menggunakan istilah fakultas sastra.