Jembatan Penyeberangan Orang – Sulitnya..

Mana yang lebih sulit untuk membangun sebuah Jembatan Penyeberangan Orang atau meminta orang Indonesia menggunakannya.

Ternyata lebih sulit yang kedua.

Membangun sebuah Jembatan Penyeberangan Orang hanya memerlukan waktu beberapa bulan sejak anggaran disahkan hingga selesainya. Sementara itu, mengajarkan orang Indonesia agar mempergunakan benda tersebut sebagaimana mestinya mungkin membutuhkan waktu beberapa dekade.

Hal ini sudah terbukti di banyak kota di Indonesia.

Masih terlalu banyak pejalan kaki yang memilih menyeberang melintasi jalan sibuk penuh dengan kendaran yang melaju. Alasannya terutama karena, katanya, jembatannya terlalu tinggi hingga terlalu capek untuk melintasinya. Seringkali rancangan JPO ini menjadi kambing hitam sebagai penyebab keengganan mereka untuk melintasinya.

Tidak jarang pula Jembatan Penyeberangan Orang dipergunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Para pedagang memandangnya sebagai lahan baru sebagai tempat berdagang. Para pemotor melihatnya sebagai sebuah jalan lapang untuk menghindari kemacetan.

Padahal sudah jelas dari namanya “Jembatan Penyeberangan Orang” alias hanya untuk manusia. Oleh para pemotor diterjemahkan karena mereka juga orang atau manusia, maka mereka bersama tunggangannya harus diperkenankan melintas.

Orang Indonesia memang terkenal kreatif dalam mencari alasan demi keuntungan dirinya sendiri.

Mungkin karena itulah lebih mudah untuk mendirikannya di Indonesia dibandingkan untuk membuat benda tersebut bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Karena dalam diri manusia Indonesia masih kental yang namanya “memelihara kebodohan”. Dalam diri banyak orang Indonesia, masih sangat kuat mentalitas bahwa menjadi modern dan beradab adalah hanya diukur dari merk kendaraan apa yang mereka tunggangi.

Padahal yang menjadikan seorang disebut modern, maju dan beradab adalah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.

Jembatan Penyeberangan Orang di Indonesia dan bagaimana cara orang Indonesia menggunakannya. Kedua hal itu menunjukkan bahwa masih panjang sekali jalan yang harus ditempuh oleh negara ini untuk menjadi sebuah negara maju.

Karena “kebodohan” tersebut masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga di negara ini,

Bagaimana dengan Anda? Sudahkan Anda menggunakan Jembatan Penyeberangan Orang sesuai dengan namanya?