Jenis-Jenis Gaya Bahasa Penegasan Dalam Bahasa Indonesia

Gaya bahasa atau majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan untuk menyatakan suatu penegasan untuk memperjelas atau menguatkan kesan terhadap pembaca atau pendengar. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gaya bahasa atau majas penegasan ini terdiri dari beberapa jenis. Berikut di bawah ini jenis-jenis gaya bahasa penegasan dalam Bahasa Indonesia beserta contohnya.

jenis-jenis gaya bahasa penegasan dalam bahasa indonesia
gambar diambil dari www.pixabay.com

Jenis-jenis gaya bahasa penegasan dalam Bahasa Indonesia

Gaya bahasa penegasan terdiri dari :

  1. alusio : merupakan gaya bahasa penegasan yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami oleh umum.
    • contoh :
      • Dalam bergaul hendaknya kau waspada. Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.
  2. antitesis : gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
    • contoh :
      • Tinggi rendah martabatmu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi sikap dan perilakumu.
  3. antiklimaks : adalah jenis gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut. Semakin lama, semakin rendah tingkatannya.
    • contoh :
      • Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang, cucunya terkena penyakit keturunan itu.
  4. klimaks : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut. Semakin lama, semakin tinggi tingkatannya.
    • contoh :
      • Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, hari proklamasi kemerdekaan selalu dirayakan denga meriah.
  5. antonomasia : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat yang mencolok yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
    • contoh :
      • Si Pelit dan Si Cerewet sedang bermain di rumah Si Jangkung.
  6. asindeton : gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
    • contoh :
      • Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor, semua tersedia di toko itu.
  7. polisindeton : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung (kebalikan dari asindeton).
    • contoh :
      • Toko itu menjual buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, dan surat-surat kantor.
  8. elipsis : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak sempurna, yaitu kalimat yang subjek atau predikatnya ditiadakan karena dianggap sudah dipahami oleh lawan bicara).
    • contoh :
      • Hidup ini seperti dua mata uang. Ada baik, ada…..; ada siang, ada…..; ada terang, ada….., ada pertemuan, ada…..
  9. eufeumisme : gaya bahasa penegasan yang menggunakan ungkapan halus untuk menghindari kata-kata pantang, kata-kata tabu, kata-kata kasar kurang sopan.
    • contoh :
      • Anak itu tidak dapat naik kelas, karena agak terlambat dalam mengikuti pelajaran. (maksudnya : bodoh)
  10. hiperbolisme : merupakan gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan dari keadaan yang sebenarnya.
    • contoh :
      • air matanya mengalir menganak sungai.
  11. interupsi : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
    • contoh :
      • Saya, kalau bukan terpaksa, tak akan mau bertemu dengannya lagi.
  12. inversi : jenis gaya bahasa yang menggunakan kalimat inversi (yaitu, kalimat yang predikatnya mendahului subjek). Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
    • contoh :
      • Menangislah ia dalam pelukan sang Ibu karena hendak dijodohkan paksa oleh ayahnya.
  13. koreksio : adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
    • contoh :
      • Setelah acara ini selesai, para hadirin dipersilakan untuk pulang. Eh, maaf, dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang tersedia.
  14. metonimia : gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Seperti, penyebutan memakai merk dagang, nama pabrik, nama penemu, dsb.
    • contoh :
      • Ayah pergi ke Semarang mengendarai Kijang.
      • Ia membeli sebungkus Gudang Garam di warung Mpok Minah.
  15. paralelisme : merupakan gaya bahasa pengulangan seperti repetisi, yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.
    • contoh :
      • anafora : Sunyi itu duka. Sunyi itu hampa. Sunyi itu damba. Sunyi itu tiada.
      • epifora : Mimpiku tentang kamu. Laguku tentang kamu. Ceritaku tentang kamu. Yang kusuka, ya tentang kamu.
  16. pleonasme : adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
    • contoh :
      • Untung saja! Dia jatuh ke bawah menimpa kasur yang sedang dijemur.
      • Melihat lawan bicaranya mendelik, Udin mundur dua langkah ke belakang.
  17. parafrase : merupakan gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Seperti, sore hari diganti dengan ‘ketika sang surya tenggelam di ufuk barat’; materialistis diganti dengan ‘gila harta benda’.
    • contoh :
      • Setiap sore tiba, Adi pulang dari ladang. Diganti menjadi : Setiap sang mentari tenggelam di ufuk barat, anak bungsu Pak Hasto itu pulang dari ladang.
  18. repetisi : adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulan sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini kerap dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
    • contoh :
      • Sekali merdeka, tetap merdeka!
      • Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.
  19. retoris : gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak berniat untuk bertanya (tidak membutuhkan jawaban).
    • contoh :
      • Inikah yang kau sebut keadilan?
      • Jika sudah begini, apakah dayaku?
  20. sinekdoke : gaya bahasa ini terbagi menjadi 2, yaitu :
    • pars pro toto : gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan
      • contoh :
        • Sudah lama menunggu, tapi tak kunjung nampak batang hidungnya.
    • totem pro parte : gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
      • contoh :
        • Tiongkok mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas.
  21. Tautologi : merupakan gaya bahasa peegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
    • contoh :
      • Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
      • Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.

Demikianlah sekilas tentang jenis-jenis gaya bahasa penegasan dalam Bahasa Indonesia. Mudah-mudahan dapat membantu dan memberikan manfaat. ^_^