Menulis artikel berkualitas

Beberapa waktu yang lalu, terlontar cemoohan dari seorang blogger terhadap kebiasaan blogger lainnya yang bisa menghasilkan puluhan tulisan dalam satu hari. Celetukan bernada merendahkan terlontar mempertanyakan kualitas tulisan yang dihasilkan bila dalam satu hari harus menulis puluhan artikel.

Dalam pandangannya, sang blogger berpendapat bahwa menulis artikel berkualitas itu tidaklah mudah dan membutuhkan daya upaya dan waktu yang sangat banyak. Oleh karena itu ia memvonis bahwa semakin banyak artikel yang harus dibuat dalam satu hari, maka akan semakin rendahlah mutu dari artikel yang dihasilkan.

Sebuah pandangan yang terdengar “benar” dan “logis”. Meskipun demikian, bagi diri saya pribadi, hal tersebut hanyalah mencerminkan kesombongan dan sama sekali tidak berkaitan sama sekali.

Menulis artikel yang berkualitas itu tidaklah selalu berkaitan dengan jumlah, banyaknya waktu yang dipergunakan, panjang atau pendeknya artikel yang dihasilkan. Hal-hal yang sering menjadi acuan para blogger dalam menghasilkan tulisan dengan mutu yang bagus.

Bagi saya, menulis artikel yang berkualitas harus mengacu pada beberapa hal di bawah ini

1. Anda bukan juri, pembaca lah juri yang sebenarnya

Seberapa bagusnya tulisan menurut anda, itu tidak berarti artikel anda adalah sesuatu yang bermutu atau bernilai tinggi. Alasannya sederhana, sebagai penulis anda bukanlah juri yang berhak mengetok palu penilaian.

Pembaca tulisan anda lah yang bisa disebut sebagai juri sesungguhnya. Mereka yang berhak menilai apakah artikel yang dibacanya bagus atau tidak. Mereka yang berhak memberi penilaian apakah tulisan yang anda hasilkan layak atau perlu dibaca atau tidak.

2. Menulis artikel berkualitas tidak berarti harus panjang

Seribu lima ratus, dua ribu, tiga ribu atau sepuluh ribu kata dalam artikel tidak menjamin pembaca akan memberi penilaian “BERMUTU” pada tulisan tersebut.

Sama sekali tidak. Jangan pernah berpikiran seperti itu.

Artikel dengan hanya 100-300 kata sekalipun bisa membuat pembaca menikmatinya dan menyukainya.

Bukankah itu yang selalu diinginkan seorang penulis? Pembaca yang menyukai dan menyenangi tulisan yang mereka baca adalah tujuan utama.

Sebuah tulisan dengan 3000 kata tetapi bertele-tele tidak akan mampu bersaing dengan sebuah tulisan pendek dengan 100-200 kata yang “to the point”. Masyarakat pengguna internet lebih suka tulisan pendek dan langsung ke inti dibandingkan penjelasan panjang lebar dan penuh dengan bunga-bunga tulisan.

3. Kebutuhan tiap orang berbeda. Penulis atau blogger harus memahami pasar pembacanya.

Para pencari informasi di internet beragam. Sangat bervariasi. Ada yang mencari tentang cara menggoreng tempe, banyak yang mencari pengetahuan cara mengatasi anak yang bandel dan lain sebagainya.

Masing-masing berbeda niatnya.

Kalau mereka mencari cara menggoreng tempe tetapi yang ditemukan sebuah penjelasan panjang lebar tentang menulis artikel pilar, bagaimana mereka bisa menilai?

Oleh karena itu, dalam menulis artikel berkualitas, seorang penulis harus tahu sasaran yang dituju. Tanpa mengetahui target pasar yang dimau, maka sebuah tulisan tidak akan menjadi berkualitas. Tulisan itu akan jatuh ke tangan yang tidak tepat.

Biasanya pembaca akan melempar begitu saja tulisan yang tidak dicarinya ke tempat sampah alias tidak dibaca.

4. Kemampuan seseorang dalam menulis artikel berbeda. Penulis harus mengenali dirinya sendiri.

Sun Tzu, seorang filsuf bangsa Cina mengatakan : “kenali dirimu dan kenali musuhmu, maka kau akan bisa memenangkan seribu perang”.

Pepatah yang sederhana tetapi mendalam. Dalam pepatah tersebut termaktub sebuah hal yang penting “kenali dirimu”.

Ya, seorang blogger harus mengenali dirinya sendiri sebelum menulis. Kemampuan apa yang dimilikinya dan apa yang tidak dimilikinya adalah penentu dalam menulis artikel berkualitas.

Bila seseorang tidak menguasai topiknya, maka sulit diharapkan untuk bahkan sekedar menghasilkan sebuah artikel yang enak dibaca, jangankan berkualitas. Hanya bila seorang blogger sangat menguasai artikel tersebut, menulis artikel berkualitas lebih dari 10 dalam waktu singkat bukanlah sebuah masalah.

Apa kemampuan saya? Bisakah saya menulisnya dengan baik? Haruslah jadi pertanyaan seorang blogger atau penulis sebelum membuat tulisannya.

5. Tata cara penulisan tidaklah mutlak

Banyak sekali blogger yang terpaku pada tata cara penulisan. Hal-hal mulai dari “jangan sampai salah ketik”, “jangan sampai tidak begini tidak begitu” adalah pepatah sakti yang selalu diamini para blogger.

Padahal tidak demikian adanya. Kesalahan ketik, bukanlah hal yang mutlak pasti jelek. Secara tata cara baku memang, tetapi masyarakat internet cenderung sering mengabaikan hal-hal kecil seperti itu. Mereka memaklumi kesalahan-kesalahan minor seperti itu asalkan tidak terlalu banyak, selama mereka menyukai apa yang dibacanya.

Cara penulisan juga tidak perlu serius dan formal. Malah seringkali, pembaca lebih menyukai hal-hal yang terkesan ringan dan tidak terlalu serius. Kontroversi sedikit dalam tulisan sangat diharapkan.

Menulis artikel bak seorang guru menjelaskan teori cenderung sangat membosankan. Guru yang sedikit friendly sering mendapat perhatian lebih di masa kini. Alasannya sederhana saja, kehidupan sudah semakin berat dan menguliahi seseorang dengan teori ala Darwin yang panjang, bukanlah sesuatu yang diharapkan.

Straight to the point dengan sedikit banyolan akan membantu.

6. Menjaga alur tulisan

Jarang sekali blogger yang menyarankan untuk “menjaga” alur tulisan dari paragraf ke paragaf yang lain sebagai sesuatu yang penting.

Tidak jarang tulisan terkesan melompat kesana kesini dan terpotong-potong hanya karena sang blogger ingin membuat pembaca terkesan.

Sayangnya, hal tersebut sering membuat pembaca malas karena seperti membaca potongan-potongan saja. Tidak jarang hal tersebut justru membuat pembaca berhenti dan mengalihkan pandangan ke tempat lain karena bosan melihat potongan-potongan tidak nyambung antar paragraf.

——-

Itulah patokan yang saya pergunakan dalam menulis artikel berkualitas.

Apakah tulisan ini termasuk bermutu atau tidak, saya akan menyerahkannya kepada anda, pembaca blog ini. Itu hak dan tugas anda. Tugas saya hanyalah menulis.