Penggunaan Kata Dasar dan Kata Turunan Berdasarkan EYD

Apakah yang dimaksud kata dasar? Apa juga yang dimaksud dengan kata turunan? Seperti yang sudah kita ketahui, kata dasar disebut juga akar kata, yaitu kata yang belum mendapat imbuhan apapun. Dapat juga dianggap sebagai bentuk dasar dari suatu kata. Meski belum mendapat imbuhan apapun, kata dasar dapat membentuk suatu kesatuan kalimat. Sedangkan, yang dimaksud kata turunan adalah kata dasar yang telah mendapat imbuhan, baik awalan, sisipan, maupun akhiran. Selain kata dasar, kata turunan merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Lantas, bagaimana penggunaan kata dasar dan kata turunan berdasarkan EYD?

Penggunaan kata dasar dan kata turunan berdasarkan EYD

1 Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya :

  • Adik tidur dengan nyenyak.
  • Rumah ini sungguh megah.

Kata-kata dari bahasa asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, anti, dan kontra dapat dijadikan kata dasar.

Misalnya :

  • Sebelum melakukan perjalanan, adik saya selalu minum obat anti mabuk.
  • Saya sangat mengaguminya karena dia pro terhadap kepentingan rakyat kecil.
  • Sedari dulu, saya selalu kontra dengan pendapatnya mengenai masalah rokok.

2. Kata Turunan

a. Bentuk imbuhan (afiks), baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), maupun konfiks atau simulfiks (awalan dan akhiran yang pemakaiannya sekaligus), ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya : bersuara, menyapu, geligi, geletar, titipan, ayunan, melupakan, menduduki

b. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhirannya ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya : bertopang dagu, mencetak ulang, lipat gandakan

c. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dengan awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata tersebut ditulis serangkai.

Misalnya : melipatgandakan, digarisbawahi

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam bentuk kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai.

Misalnya : adiluhung, antardesa, bioenergi, caturwarga, dwitunggal, ekstrakurikuler, mahakarya, narasumber, poliklinik, swasembada

Catatan :

  • Jika bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata berhuruf awal kapital, di antara kedua unsur itu dibubuhi tanda hubung (-), misalnya : anti-Amerika, non-Islam.
  • Jika kata maha (merujuk kepada Tuhan) sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata berimbuhan, gabungan kata tersebut ditulis terpisah, misalnya : Sila pertama Pancasila berbunyi : Ketuhanan Yang Maha Esa; Janganlah saling bermusuhan karena Tuhan saja Maha Pengampun.
  • Tetapi, jika kata maha diikuti oleh kata dasar, gabungan kata tersebut ditulis menjadi satu (gabung), misalnya : Kita ini bukan apa-apa. Begitu melihat bencana alam di mana-mana, barulah kita sadar sungguh Tuhan Mahakuasa; Mahabesar Tuhan yang telah menciptakan dunia beserta isinya dengan sungguh luar biasa.

e. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.

Misalnya : taklaik terbang, taktembus cahaya, tak terdengar, tak terlukiskan

 

Demikian, sekilas tentang penggunaan kata dasar dan kata turunan berdasarkan EYD. Mudah-mudahan, dapat memberikan manfaat. ^_^