Sepeda di Shanghai – kita tiru yuk?

Sepeda di Shanghai – Jalan-jalan di sebuah kota metropolitan di Indonesia biasanya akan dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan bermotor. Sebagai contoh, Jakarta, dimanapun kita berada maka yang terlihat adalah pemandangan antrian motor dan mobil dimana-mana. Tidak jarang kota yang lebih kecil dari ibukota Indonesia inipun menampilkan hal yang sama.

Hanya tidak demikian dengan banyak kota di Cina. Salah satunya adalah Shanghai. Sebuah kota yang bahkan bisa dikata sudah melebih Jakarta dalam berbagai ukuran kemodernan sebuah kota. Di kota ini masih sangat banyak ditemukan warganya menggunakan sepeda dalam beraktifitas.

Ya, betul sepeda di Shanghai masih menjadi salah satu primadona untuk menuju ke suatu tempat. Banyak sekali berbagai macam jenis sepeda berbaur dengan mobil dan motor di jalanan. Penggunanya pun beragam, mulai dari anak sekolah hingga pegawai kantor. Mereka tidak malu atau ragu mengayuh pedal sepeda menyusuri jalan-jalan di kota ini. Bahkan dalam situasi musim dingin sekalipun, banyak warga Shanghai yang tetap bersepeda.

Mengapa sepeda di Shanghai masih bisa bertahan?

Sempat timbul keheranan tentang hal ini. Mengapa di sebuah kota yang bisa dikata super modern ini, sebuah kendaraan tradisional masih bisa bertahan?

Padahal di negara sendiri, sepeda bahkan seperti sudah tidak mendapat tempat di jalan. Jangankan sepeda, angkutan umum sendiri saja bukanlah sebuah pilihan bagi yang sudah memiliki kendaraan pribadi seperti motor.

Ternyata hal itu berkaitan dengan hal-hal berikut.

1. Shanghai adalah salah satu kota terpolusi di Cina

Kota ini termasuk dalam enam kota besar di Cina dengan tingkat polusi terparah. Pada tahun 2014 yang lalu, tercatat kurang lebih 7 juta orang meninggal dunia akibat polusi udara. Empat puluh persen dari jumlah tersebut disumbang oleh negara Tirai Bambu ini.

Sepeda di Shanghai2. Pembatasan jumlah kendaraan

Shanghai termasuk kota dimana pemerintahnya menerapkan pembatasan penjualan kendaraan bermotor seperti mobil. Dalam satu tahun, kota ini hanya mengeluarkan plat kendaraan dalam jumlah tertentu.

 

Dengan adanya sistem kuota ini, tidak semua orang boleh memiliki mobil.

Hal ini berkaitan dengan tingkat polusi di kota tersebut.

3. Mengurangi kemacetan

Jumlah kendaraan yang terus membengkak membuat kota ini menjadi sangat macet. Tingkat laju kendaraan hanya mencapai 10-20 km perjam.

Sepeda di shanghai menjadi populer karena mereka bisa melaju melalui celah-celah sempit yang tersisa di jalan. Hal itu menyebabkan sepeda tetap menjadi salah satu andalan warganya.

4. Transportasi umum tidak bisa mengimbangi jumlah penduduk

Meskipun berbagai jenis angkutan umum massal sudah tersedia, jumlah penduduk Shanghai yang begitu besar menyebabkan tetap kurang. Padahal Subway, bis sangat banyak di kota ini.

Hanya saja, jumlah penduduk Shanghai yang mencapai lebih dari 15 juta orang ternyata tetap sulit tertampung oleh sarana angkutan umum yang ada. Oleh karena itu , banyak warga lebih memilih untuk menggunakan sepeda menuju ke kantor atau sekolah.

——-

Mungkin sudah seharusnya Jakarta yang memiliki kondisi hampir sama dengan Shanghai menerapkan kebijakan serupa. Tingkat polusi Jakarta yang sudah tinggi, kemacetan yang sudah sedemikian parahnya sudah seharusnya ditemukan solusinya.

Populernya sepeda di Shanghai seharusnya bisa menjadi inspirasi bagi warga Indonesia. Modern tidak berarti harus selalu ditunjukkan dengan kepemilikan mobil atau motor. Shanghai sudah jelas jauh lebih besar dan modern dibandingkan Jakarta, tetapi warganya tidak merasa malu mengayuh sepeda.

Sayangnya kadang gengsi dan malas membuat kita melewatkan sebuah hal yang sederhana seperti ini.