Sindrom “Burn out” – musuh para blogger

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengembalikan ritme menulis artikel dari 3 artikel sehari menjadi 1 saja. Rasanya agak “burn out ” setelah memaksakan diri untuk menghasilkan lebih dan lebih.

Rupanya apa yang banyak dijelaskan oleh para penulis yang sudah malang melintang terlebih dahulu, memang betul sekali.

Perasaan capek, males, sampai tidak bisa berpikir harus menulis ke arah mana meskipun ide dan data sudah tersedia. Semua terasa buntu dan melihat hasil tulisan terasa acak-acakan karena arah penulisan terasa “ngambang”

——-

Burn out , istilah dalam bahasa Inggris yang artinya “terbakar habis” . Istilah ini mengacu terhadap sesuatu yang sudah habis tanpa sisa dalam arti harfiah/sebenarnya atau juga konotatif.

Bila digambarkan dalam arti sebenarnya, bayangkan sebuah benda yang dilalap api sehingga hanya menyisakan abunya saja. Itulah burn out.

Bila dalam artian konotatif atau tidak sebenarnya, kiasan, gambaran seorang atlit yang diforsir untuk berlatih dan kemudian justru saat bertanding seperti kehilangan motivasi. Itu juga disebut dengan burn out.

Sebuah masalah yang bisa dialami oleh semua orang ketika memforsir pikiran dan tenaga dalam mengerjakan sesuatu. Ketika semua sudah habis terkuras maka dalam diri orang tersebut sudah tidak ada lagi yang tersisa.

Ujungnya, orang tersebut biasanya akan terjebak dalam kondisi dimana dia seakan dia berhenti berpikir.

Sindrom burn out dalam dunia penulis atau blogger adalah sesuatu yang ditakuti. Sebagai orang-orang yang mengandalkan sisi kreatif dirinya, mengalami sindrom ini sama saja seperti seorang juru masak kehilangan kompornya. Tidak bisa melakukan apa-apa. Burn out biasanya akan berujung pada “mental block”

Penyebab sindrom burn out

Penyebab utamanya sebenarnya bisa dirangkum dalam satu istilah , yaitu “memaksakan diri”.

Berbeda dengan istilah “mental block”, sindrom burn out adalah output dari hanya satu sebab. Pemaksaan diri secara berlebih seperti mempertaruhkan semua yang kita punya di meja judi. Menang atau kalah biasanya akan menguras adrenalin dan setelah itu biasanya kita akan “lemas”.

Begitu pula dalam dunia menulis. Bagaimanapun penulis/blogger adalah manusia juga. Tidak bisa, kita terus dipaksa untuk menghasilkan sesuatu. Bahkan mesin sekalipun memerlukan maintenance agar bisa bekerja dengan baik.

Dorongan penyebabnya ada banyak dan beragam tergantung karaker masing-masing orang. Hanya saja, bisa disebutkan beberapa seperti

  1. mengejar target jumlah postingan. Semakin banyak artikel yang kita buat, semakin besar pula kemungkinan traffic yang datang ke blog kita. Semakin banyak pengunjung, semakin besar kemungkinan pendapatan adsense meningkat.
  2. mengejar deadline, bagi wartawan
  3. menulis saat sedang lelah pulang dari kantor. Kelelahan setelah bekerja seharian harus ditambah dengan berpikir lagi untuk membuat artikel.

Itu hanyalah sebagian dari banyak kemungkinan. Bisa anda tambahkan kalau mau. Intinya dari semua itu adalah “pemaksaan diri”.

Menghindari sindrom burn out

Sederhana dan mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan.

Pemecahannya adalah anda harus mengenal diri anda sendiri karena setiap orang levelnya berbeda. Meskipun demikian , ada yang sama yaitu bahwa anda, saya dan mereka memiliki batas kemampuan. Itulah yang harus anda temukan batas kemampuan anda.

Anda harus peka terhadap sinyal rasa capek badan anda. Itu adalah peringatan dari tubuh kita sendiri bahwa dia sudah mendekati limit. Kalau badan sudah memberi alarm demikian, beristirahatlah. Jangan paksakan untuk menulis.

Buatlah jadwal yang tidak mengekang diri kita sendiri. Tentu, target tetap harus ada karena anda punya tujuan. Meskipun demikian, tidak berarti anda harus memaksakan tubuh dan otak anda untuk terus bekerja di luar batas. Buatlah jadwal dan target yang menurut anda tidak akan memberatkan dan memforsir kerja tubuh dan otak anda.

Tantangan anda yang membuat sulit untuk melaksanakan adalah dorongan-dorongan yang sudah disebutkan di atas tadi. Dorongan untuk berhasil dan segera menikmati buahnya adalah tantangan terbesar menghindari sindrom burn out.

——

Itulah apa yang saya alami malam ini. Terasa sekali bahwa tubuh sudah melebihi batas kemampuannya tetapi dorongan untuk terus menulis tidak kunjung berhenti.

Hanya, saya sudah memutuskan untuk membuat jadwal baru untuk menulis. Tidak bisa terus dilanjutkan dengan cara seperti ini karena justru berbahaya buat perjalanan sebagai seorang blogger.

Selamat malam kawan

 

Bogor, 18 Mei 2015