Wanita Hamil Di Kereta, Test Untuk Sebuah Peradaban

Wanita hamil seringkali sepertinya memberikan sebuah masalah tersendiri bagi para penumpang KRL alias Commuter Line.

Kehadirannya acapkali dianggap sebagai mengganggu kenyamanan banyak penumpang kereta Jabodetabek. Hal tersebut terutama bagi mereka-mereka yang mendapatkan tempat duduk.

Berat sekali rasanya menyerahkan tempat duduk yang didapat untuk seseorang yang sering tidak dikenal.

Hari ini, kejadian tersebut kembali terulang. Seorang bapak mengomel ketika diminta menyerahkan tempat duduknya kepada seorang wanita hamil. Ia menggerutu dan menyuruh sang calon ibu itu ke tempat duduk prioritas. Meskipun akhirnya ia berdiri, terlihat rasa kesal akibat dibangunkan dari tempatnya duduk.

Sangat mengenaskan.

Bukan, bukan sang wanita hamilnya yang mengenaskan. Justru sikap bapak tersebut yang mengenaskan. Omelannya itu sebenarnya mencerminkan seberapa beradab dirinya.

Mengapa demikian?

Karena di banyak negara yang sudah maju, wanita hamil akan selalu diberikan berbagai prioritas dibandingkan dengan yang lain. Hal merupakan sebuah kebiasaan yang mencerminkan adab dalam masyarakat untuk mendahulukan seorang wanita yang sedang mengandung.

Sikap ini merupakan penghormatan dari masyarakat terhadap seorang calon ibu yang akan segera menghadirkan seorang manusia lain ke muka bumi. Penghargaan terhadap peran wanita dalam masyarakat.

Semakin tinggi peradaban sebuah masyarakat, maka sikap tersebut akan semakin kental dan terlihat. Tidak akan pernah ada seorang “gentleman” Inggris akan menunggu untuk diminta memberikan tempat duduknya kepada seorang wanita, apalagi wanita hamil. Kejantanan seorang pria bukan diukur dari besar massa otot dan seberapa kuatnya melainkan diukur darimana ia memperlakukan wanita.

Memang berdiri selama kurang lebih 1 1/2 jam itu sangat melelahkan. Tidak ada yang bilang menyenangkan.

Hanya saja, dari situlah seseorang diuji. Dites. Seberapa dalam rasa kemanusiaan dan beradabnya dia. Bila ia mengaku seorang beradab, maka sebagai seseorang yang kondisinya lebih kuat dibandingkan wanita hamil, ia harus mau berkorban. Sebuah hal yang aneh kalau ia mengaku dirinya lebih kuat dan perkasa, tetapi untuk menggantikan si wanita hamil berdiri saja ia tak mau.

Kalau alasannya karena ia tidak kenal dengan sang wanita. Hey, justru disitulah ujiannya. Maukah Anda berkorban untuk seseorang yang tidak Anda kenal. Banyak pahlawan besar berkorban bahkan untuk anak cucu yang tidak akan pernah mereka lihat. Ingat pejuang-pejuang Kemerdekaan Indonesia yang bahkan mengorbankan jiwanya untuk generasi yang tidak akan pernah mereka temui.

Kalau Anda berargumen bahwa sudah ada Tempat Duduk Prioritas (TDP). Pernahkah kita membayangkan bila istri Anda yang sedang hamil disuruh melewati padatnya penumpang. Tidak pernahkah terpikirkan kalau terjadi sesuatu selama ia berusaha menuju TDP. Tergencet sana dan sini ketika kereta berhenti mendadak dan lain sebagainya.

Yang ada di dalam perut sang wanita hamil adalah seorang manusia. Alasan apapun kita tidak boleh menyepelekan itu. Nyawa manusia adalah di atas hal yang lain, apalagi hanya sekedar sebuah tempat duduk.

Dari situlah Anda akan dilihat oleh manusia lainnya. Apakah Anda termasuk orang yang sudah beradab atau belum? Apakah Anda seorang gentleman atau hanya seorang yang mencoba berlagak gentleman?

Bila Anda mengaku berperadaban tinggi dan modern, jangan pernah ragu untuk memberikan tempat duduk di kereta pada wanita hamil. Siapapun dia. Bukan karena apa-apa, tetapi karena itu menunjukkan bahwa Anda adalah manusia juga yang pernah berada dalam perut seorang wanita.

Jangan rendahkan diri Anda dengan berpura-pura tidur atau menggerutu.