Dalam sebuah tulisan, sering kita menjumpai huruf, kata, atau kalimat yang dicetak dengan huruf miring. Di dalam ilmu tipografi huruf miring itu dikenal dengan istilah italic. Huruf miring disebut huruf kursif, dan biasanya dijumpai dalam bahasa cetakan. Sedangkan, di dalam ketikan atau penulisan tangan, huruf miring biasanya diberi garis bawah yang terputus-putus, kata per kata menurut panjangnya suatu perkataan. Tetapi, apa, sih, sebenarnya maksud dari kata atau kalimat yang ditulis miring itu? Tentunya, bukan untuk sekedar gaya-gayaan, atau keren-kerenan, atau sembarangan semata. he..he..Berikut, beberapa penjelasan mengenai pemakaian huruf miring berdasarkan kaidah EYD.
Pemakaian huruf miring berdasarkan kaidah EYD
1 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip di dalam tulisan.
Contoh : majalah Bahasa dan Kesusateraan, buku Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, surat kabar Media Indonesia
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata (frasa).
Contoh : Huruf pertama kata tahun adalah t.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Bab ini tidak membahas arti peribahasa.
Buatlah kalimat dengan sangat baik.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh : Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Tut Wuri Handayani adalah semboyan pendidikan di negara Indonesia.
*) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti kudeta dan korps tidak perlu dicetak dengan huruf miring.